Jumat, 08 Oktober 2010

MERANGKUM MADILOG

MERANGKUM MADILOG

MADILOG ditulis di Rajawali dekat pabrik sepatu Kalibata, Cililitan, Jakarta. Proses penulisan ini terjadi selama kurang lebih 8 bulan antara 15 Juli 1942 sampai dengan 30 Maret 1943. Tan Malaka menulis bukunya ini saat pemerintahan Jepang menguasai semua musuh dengan pedang terhunus dan bahkan sering kehilangan kesabaran terhadap pekerja bangsa Indonesia. Asumsi dasar penulisan MADILOG adalah keyakinan Tan Malaka atas kekuatan proletar di Indonesia untuk merebut dan membentuk Indonesia untuk merebut dan membentuk Indonesia merdeka. Namun kekuatan ini belum bias maksimal karena pemikiran mereka masih dibelenggu berbagai macam tahayul. Mereka kekarangan pandangan dunia dan filsafat dan masih diselimuti dengan ilmu buat akhirat dan tahayul yang campur aduk. Mental yang demikian inilah yang mau dikoreksi dan dibersihkan oleh Tan Malaka lewat MADILOG-nya.

Bagi Tan Malaka MADILOG merupakan paduan dari permulaan suku kata: Matter, Dialectica, dan Logica yang diterjemahkan dengan benda, dialektika dan logika. Akan tetapi MADILOG yang dimaksudkan lebih pada cara berpikir. Dari cara orang berpikir ini kita akan lebih menduga filsafatnya. Struktur MADILOG terdiri dari 410 halaman, 7 bab, yang masing-masing bab dibagi dalam pasal-pasal yang seluruhnya ada 44 pasal. MADILOG dibagi lagi menjadi bagian-bagian sebagai berikut:

Bab.I. Logika Mistika: Pemikiran yang sifatnya rohani. Menurut Tan Malaka, Logika Mistika ini memberi jawaban tidak memuaskan karena sekedar mitos atau tahayul yang berpandangan bahwa zat atau materi berasal dari yang rohani.

Bab II. Filsafat : baginya jasa Engelslah yang membuat pemikiran kita mudah ditangkap sebab ia berhasil memisahkan para ahli filsafat dari zaman Yunani Kuno sampai pada hidup Karl Marx dalam dua barisan yaitu barisan Idealis seperti Plato, Hume, Berkeley dan berpuncak pada Hegel dan barisan Materialis seperti Herakleitos, Demokritos, Epikuros, Diderot, Lamartine yang mencapai puncak pada Marx dan Engels. Tan Malaka lebih memihak pada Materialis.

Bab III. Ilmu Bukti (Sains): dikatakannya sebagai perkembangan sebuah bangsa seiring dengan kemajuan ilmu bukti dan sainsnya. Meskipun Indonesia terkaya di dunia namun kalau sains dan teknologi tidak berkembang maka ia hanya akan menjadi budak dan dijajah selama 350 tahun Ilmu ekonomi, politik dan sains terkait satu sama lain.

Bab IV Sains sebagai sambungan dari bab III: Tiga ilmu bukti menurut Tan Malaka adalah sebagai berikut: 1) cara berpikir yang jitu, tepat, dan paham mengenai kenyataan (accurate tought) 2) penyusunan bukti (organization of facts) 3) penggampangan dengan meng-umum-kan (simplification by generalization). Bagi Tan Malaka, bukti merupakan lantai sains di mana para ahli mendirikan gedung hukumnya dengan cara yang dipakai adalahinduksi, deduksi, dan verifikasi.

Bab V. Dialektika: Dialektika muncul menurut Tan Malaka ketika orang tidak bisa menjawab "ya" atau "tidak" seperti terdapat dalam logika. Demikian juga Tan Malaka melihat bahwa dalam dialektika terjadi pula apa yang disebut dialektika idealis dan dialektika materialis. Bab VI. Logika: Dari kaca mata Logika, kuantitas tetap kuantitas dan kualitas tetap kualitas. Cara-cara penarikan kesimpulan lewat pembalikkan (obversion), pelipatan-terbalik (contraposition) dan silogisme, pencarian sebab-akibat.

Bab VII. Peninjauan dengan MADILOG: Dalam bagian ini , Tan Malaka menjelaskan bahwa MADILOG merupakan cara berpikir yang mendasarkan pada materialisme, dialektika, dan logika untuk mencari akibat yang didasarkan atas bukti yang cukup banyak dan cukup berdasarkan pada pengalaman yang dapat diamati. Di sini ditegaskan lagi bahwa MADILOG bertentangan dengan ketimuran yang oleh Tan Malaka dimaksudkan sebagai segala yang berkaitan dengan mistik, kegaiban, dari mana pun datangnya.

Ide Revolusioner

Gagasan yang selalu dikejar oleh Tan Malaka semenjak giat dalam percaturan politik Indonesia adalah memerdekakan bangsanya dan sekaligus merombak secara total segala bidang politik, ekonomi, sosial, dan budaya. Inilah inti dari keseluruhan perjuangannya sebagaimana yang tercantum dalam bukunya MADILOG. Dalam buku ini terkandung pemikiran-pemikiran filosofisnya yang diuraikannya lebih lengkap dan lebih menyeluruh. Cara berpikirnya adalah dinamis dan dialektis. Cara berpikir sangat bertentangan dengan pola pikir lama yang bersifat mistis, idealistis dan penuh dengan takhyul (ketimuran).

MADILOG bukanlah sesuatu yang sama sekali baru, tetapi menurut pengakuannya MADILOG merupakan warisan Barat. Ia tidak bermaksud meniru begitu saja, berulangkali ditekan olehnya bahwa hendaknya kita menyadari sebagai murid-murid yang jujur dan mata terbuka. Untuk mencapai manusia Indonesia 100 persen, pertama-tama perlu membuang jauh-jauh apa yang merintangi kemajuan itu sendiri. Tentunya penindasan yang dilakukan oleh kaum penjajah tidak bisa dihalalkan, harus disingkirkan jauh-jauh. Pada dasarnya penjajah melawan dan bertentangan dengan hak-hak asasi setiap bangsa yang merupakan syarat mutlak perkembangan setiap orang dan setiap bangsa.

Namun baginya mengusir penjajah dari bumi Indonesia belumlah mencukupi, melainkan juga harus membebaskan diri dari feodalisme. Feodalisme adalah cara berpikir lama yang masih sangat dominan waktu itu. Cara berpikir lama dipengaruhi oleh dunia mistik penuh takhyul yang menyebabkan orang mudah menyerah pada alam, sehingga membentuk manusia yang bermental budak, tidak percaya lagi pada kemampuan dan kekuatan diri sendiri untuk membangun dunia.

Tan Malaka menginginkan masyarakat yang hanya bisa lahir kalau dilandasi oleh dasar kerakyatan. Kerakyatan inilah yang dalam terminologi politiknya "Murbaisme", yang menjadi tujuan akhir revolusi total Tan Malaka yang akan menempatkan sosialisme sebagai pengganti sistem alam yaitu imperialisme-kolonialisme dan sisa-sisa feodalisme bangsa Indonesia. Partai Murba merupakan gabungan dari Partai Rakyat Djelata, Partai Buruh Merdeka, dan Partai Rakyat. Gabungan dari tiga partai ini merupakan partai massa yang berjuang demi pengakuan persamaan hak untuk semua golongan dalam masyarakat baik dalm bidang sosial, ekonomi, hukum maupun politik. Jadi garis politik partai ini adalah anti facis anti imperialisme, anti kapitalis, dan mendasarkan perjuangan pada rakyat jelata.

Menurut Tan Malaka, tujuan perjuangan itu hanya tercapai lewat sebuah revolusi total yang melibatkan massa yang terorganisasi dengan baik. Partai Murbalah yang memimpin massa untuk revolusi. Alasannya adalah kaum murbalah yang paling menderita akibat sistem kapitalis-imperialisme dan sistem feodalisme. Mereka inilah yang pertama-tama harus disadarkan dari situasi ketertindasan. Jadi, cita-cita "Murbaisme" atau sosialisme dapat tercapai hanya oleh dan untuk kaum murba.

2 komentar: